Mengapa Salafiyah Ula Putri Islamic Center Bin Baz?

Gatel nih pengen ngreview sekolah Aila. Sejak posting foto Aila pakai seragam di status WhatsApp banyak yang japri tanya tentang sekolah Aila.

Saya sendiri juga baper maksimal pas lihat Aila pakai seragamnya itu. Modelnya itu lho memenuhi standar syar'i bahkan jauh melampaui saya, ibunya. Tidak ketat, tidak transparan, dan sederhana. Anaknya mukanya sayu lagi jadi saya makin mellow. Duh ini anak cepet banget jadi gadis...

Sebelum mulai masuk ke review tentang sekolah Aila saya mau kasih disclaimer dulu yak. Review ini akan sangat subjektif ala-ala wali santri biasa yaa jadi saya tulis berdasarkan pertimbangan dan pengalaman saya menyekolahkan Aila di sana. Kalau ada beda atau kurang detil harap maklum ya tidak perlu dijadikan bahan perdebatan. Misal tidak sepakat dengan prinsip kami dalam memilih sekolah ya nggak apa-apa, sah-sah saja. Sepakat ya!

Sebelumnya perlu saya ulang bahwa Salafiyah Ula putri Islamic Center Bin Baz ini setara dengan pendidikan SD. Usia masuk mulai dari enam tahun keatas. Aila dengan pertimbangan kematangan emosi saya masukkan di usia enam tahun 11 bulan. Saya memang menggunakan standar ini untuk menghindari anak jadi cepat bosan dengan sekolah di usia SMP. Lagi-lagi prinsip saya ini mungkin berbeda dengan ibu yang lain. Jadi tidak perlu diperdebatkan.

Salafiyah Ula berada di bawah departemen agama, memadukan kurikulum umum dengan pondok pesantren maka siswi SU berhak mendapatkan dua ijazah dari Depag dan dari pondok. SU putri Bin Baz terletak di kelurahan Sitimulyo, Piyungan. Lumayan jauh untuk yang berada di daerah utara atau barat. Lalu apa pertimbangan saya memilih sekolah ini untuk Aila? Ini beberapa alasannya :

1. Tidak ada ikhtilat. Anak-anak sejak usia 7 tahun mulai dipisahkan antara lelaki dan perempuan. Jadi ya temen Aila di sekolah perempuan semua. Bagi saya seorang ibu dengan dua anak perempuan poin ini menjadi salah satu concern yang saya pilih. Saya nggak mau anak gadis saya udah sibuk ngomongin lelaki di usianya yang masih piyik. Sibuk dandan sekedar untuk tampil menarik di depan lawan jenisnya. Simbok wes tahu, nak, yang kaya begini. Ojo ditiru! Maka menjaga mereka sejak kecil jadi prioritas bagi saya.

2. Pendidikan agama mendominasi 80% kurikulum pendidikan anak. Buat saya ilmu agama ini penting ditanamkan sejak dari kecil. Bukan sekedar bisa ngaji, bisa sholat, tapi PAHAM! Saya ngenes kalau lihat diri sendiri, sarjana tapi ilmu agama masih TK.

3. Lingkungan islami. Bagaimanapun pendidikan anak itu didukung oleh keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya. Ketika memilih sekolah saya tidak hanya memperhatikan kurikulum, fasilitas sekolah, namun juga orang tua wali. Anak-anak yang dididik oleh orang tua yang 'lurus' menghasilkan anak-anak yang insyaAlloh Allah ridho untuk menjadi 'lurus'. Anak-anak ini ketika berkumpul dalam satu tempat insyaAlloh juga akan saling mendukung dalam kebaikan.

4. Kualitas pengajar. Ini penting banget! Di sekolah Aila semua pengajar memiliki standar untuk mengenakan niqob. Awas kalau ada yang bilang itu ciri teroris radikal tak peres lambemu koyo kumbahan. Penggunaan niqob, gamis yang menutup aurat sempurna menjadi role model bagi anak-anak yang sedang belajar. Mereka melihat langsung bagaimana para ustadzah mencontohkan cara berpakaian seperti para ummahatul mukminin. Dari yang saya kenal para ustadzah ini juga MasyaAlloh kualitas ikhlasnya dalam mendidik anak-anak.

5. Biaya terjangkau. SPP per bulan untuk tahun ajaran 2018/2019 sebesar 150 ribu/bulan. Biaya masuk sebesar 2 jutaan dengan fasilitas dua kain seragam dan buku diiniyah. Uang pangkal ini bisa dicicil tidak harus dibayarkan langsung.

6. Target hafalan yang diterapkan sekolah sih cukup tinggi. Saya juga baru tahu kalau ternyata target anak SD Muhammadiyah itu hapal juz 30 saja ketika lulus SD. Padahal target itu sama dengan target di Paud Bunayya Bin Baz. Target untuk anak SU insyaAlloh hafal minimal 7 juz, meskipun banyak yang sudah hapal sampai 30 juz di usia 10 tahun. MasyaAllah. Makanya waktu saya bilang target hafalan di sekolah Aila banyak yang nggak percaya dan menganggap bahwa itu nggak masuk akal dan pasti berat untuk anak-anak. Sekolah ini memang punya misi menyiapkan para penghafal Al-Qur'an. Saya percaya tidak ada Hafidzah yang hidup susah, jadi pengangguran dan terlunta-lunta. InsyaAllah, Allah yang akan jamin hidupnya.

Sementara ini dulu deh kayanya yang jadi catatan saya. Nanti lain waktu saya share juga tentang kurikulum pendidikan yang diajarkan ke Aila lebih detil. Saya juga masih belajar ini sakjane hahaha.

Imogiri Barat, habis jalan lihat pawai demi si bocah cilik.

Comments

  1. Bismillah..umm mau tanya untuk kelas 1 ada pakai seragam gamis merah putih gak ya? Jazzakilah khoir

    ReplyDelete
  2. Sy mempunyai satu anak perempuan saat ini usia 3th 9 bln.
    Dan saat ini sy sedang mencari referensi untuk memilih tempat belajar/pendidikan untuk anak usia dini untuk anak sy.
    MashaaAllah tabarokalloh membaca ulasan Ummu Aila ini kaya bnr2 "ahhhh ini review yg aku cari banget-banget" tapi sy tidak bisa mengungkapkan sebaik dan sepanjang ini saat diskusi dengan suami dalam membahas pendidikan anak.
    Jadi, Alhamdulillah, jazaakillah khayran Ummu sudah menulis review ini, yang InshaaAllah pasti akan sy sodorkan ke suami sy untuk mewakili sy berbicara panjang lebar, hihi,,
    Terimakasih Ummu Aila 🌹

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menyiapkan Anak Masuk SD (Salafiyah Ula)

Istri Chef dan Dapur Rumah Tangga