Menyiapkan Anak Masuk SD (Salafiyah Ula)

Mulai bulan Juli 2018, Aila resmi menyandang gelar anak SD. Awalnya, saya mau memasukkan Aila ke Kuttab Darussalam Banguntapan. Tetapi di tengah jalan setelah membayar separuh dari uang pangkal saya dan suami berubah pikiran.

Ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan kami menarik Aila dari Kuttab Darussalam dan memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di Islamic Center Binbaz. Lanjut dari TK Bunayya ke Salafiyah Ula Binbaz yang masih berada di bawah satu yayasan.

Salafiyah Ula ini adalah pendidikan dasar setara SD yang memadukan antara kurikulum pondok pesantren dengan kurikulum pemerintah. Pelajaran di SU lebih banyak didominasi oleh pelajaran agama atau diiniyah. Mata pelajaran umum yang diterima Aila di sekolah hanyalah matematika dan bahasa Indonesia. Sisanya ada mata pelajaran akhlak, aqidah, fiqih, bahasa Arab, dan khot.

Target SU putri Binbaz selama enam tahun antara lain hafal Al-Qur'an minimal 7 juz, menguasai bahasa Arab serta mampu menuliskannya dengan kaidah yang benar, mampu menjalankan ibadah yang tepat, memahami aqidah yang sahih, mengamalkan adab dan memiliki Akhlakul Karimah.

Hal-hal yang mungkin dulu terlewatkan dalam pendidikan dasar yang saya dan suami dapatkan. Maka sekarang bekerja keraslah kami berdua untuk menyiapkan grand design dan project pendidikan anak pertama. Anak pertama ini kan sebagai grand design, kalau anak pertama berhasil maka yang selanjutnya hanya tinggal mengikuti saja. Teorinya begitu. Kenyataannya? Butuh orang tua super yang mampu mendampingi masa transisi dari TK ke SU.

Saya sendiri sepertinya mengalami gagap saat bertransformasi dari orang tua biasa ke orang tua super. Hasilnya, saya rasa saya sekarang justru jadi setengah manusia, setengah mutan. Pengennya jadi semacam Wolverine, tapi gagal. Kalau tas itu ya yang sejenis KW 10 lah kualitasnya. Mengenaskan.

Aila si anak kinestetik berhati lembut ketemu mamak serigala yang kalau pas bulan purnama berubah jadi ganas. Jadilah auman frustasi si mamak ketemu sama tangis mendayu si anak. Rumah jadi kaya panggung konser tirakatan di kampung. Fals.

Seminggu berjalan, saya jadi makin paham bahwa mengawal anak sekolah itu membutuhkan energi dari biskuat biar jadi energi macan. Kuat lari dan siap menghadang rintangan.

Rintangannya antara lain :
1. Mandi di pagi hari yang dingin, supaya nggak ada drama pagi hari, siapkan saja air hangat minimal suam-suam kuku.

2. Sarapan. Jam 7 pagi harus masuk jadi sarapan harus siap lebih pagi, anaknya mood-mood an kalau makan pagi. Beberapa kali ngotot gak mau makan akhirnya muntah di sekolah. Solusi : bawain aja roti, jajan pasar, sama susu kedelai seribuan. Biar yakin anaknya makan berangkat lebih pagi dan ditungguin di sekolah. Biar dia makan sebelum masuk ke kelas.

3. Bekal makan siang. Awalnya saya bela-belain masak pagi-pagi buat bekal. Eh anaknya kadang nggak mau. Malah nasinya jadi kebuang-buang. Beberapa kali merengek mau menu yang sama dengan temannya yang pesan catering. Oke solusinya santai aja nggak usah ngotot harus masak dari pagi daripada senewen. Tentative aja, tanya dulu mau makan apa. Tawarkan menu catering besok apa. Kalau nggak tertarik ya udah pagi bisa bawain bubur sama telur opor, nasi kuning, atau bahkan beliin aja bakso siang-siang. Porsi juga gak usah kaya ngasih makan ibunya. Dibeliin nasi soto 3 ribu aja kayanya udah kenyang.

4. PR alias pekerjaan rumah. Awalnya lancar, makin kesini ketahuan deh anaknya sering bengong beberapa kali. PR ditanya tiap hari jawabnya nggak ada. Jebulnya, dia nggak tahu. Simbok tahu dari group sekolah kalau ternyata ada PR dari dua Minggu lalu yang nggak digarap. Astaghfirullah...

5. Murojaah. Ini nih, PR besar! Aila punya target lulus Iqro 4 akhir Agustus 2018 sebelum UTS dimulai. Target hafalan juz 30 juga harus dimulai dari awal. Meski sudah rutin dilakukan setiap habis Maghrib tapi ya masih harus sabar kalau perkembangannya tidak sebesar yang dibayangkan.

Bahkan setelah hampir dua bulan saya masih juga ngalamin jet lag. Dulu saya pikir kalau Aila SD saya banyak waktu leha-leha, bisa pergi kemana-mana. Di kepala saya bahkan sudah terbayang saya bakalan bisa ikutan pitness. Nyatanya saya malah makin nggak bisa kemana-mana dengan tenang hahaha. Apalagi kalau hari itu si anak minta dibawakan makan siang dadakan. Jam 12 siang harus standby nyamperin ke sekolah. Alhamdulillah jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh paling 10 menit. Saya jadi paham maksud zonasi sekolah itu mungkin salah satunya ya ini. Memangkas waktu di jalan yang melelahkan. Jadi anak bisa berangkat sekolah dalam kondisi segar.

Apalagi buat Aila yang langsung ngrasain full day school, pulang jam 2 siang dan masuk hari Ahad. Jetlagnya sungguh super...

Selamat datang di dunia anak sekolah Mami Sri, selamat berjuang! Jangan menyerah ya, mengaum boleh, tapi pelan-pelan saja ya jangan kekencengan khawatir malah keselek.

Paseban Bantul, 20 Agustus 2018.
Diajak suami piknik tipis-tipis gara-gara istrinya bete seharian dan banting pintu kamar mandi malam-malam.

Comments

  1. Assalamu'alaikum umm,

    Afwan umm boleh info biaya masuk SD bin BAZ utk tahun 2020/2021 ?

    Syukron

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengapa Salafiyah Ula Putri Islamic Center Bin Baz?

Istri Chef dan Dapur Rumah Tangga